Prologue
Terparah di dunia, bukan keren sih sebenarnya, malah NGERI.
Memang banyak sekali faktor penyebab terjadinya karhutla yang tergolong luar binasa ini, salah satunya adalah fenomena El-nino yang menghasilkan kemarau panjang dan kering, dan posisi Matahari saat itu (September-Oktober) yang berada tepat di atas Khatulistiwa, memicu panas yang berlebihan, sehingga tanah gambut menjadi mudah terbakar (btw di daerah Sumatera dan Kalimantan sendiri sebagian besar Karhutla terjadi di daerah bertanah gambut). Kemudian pembangunan kanal yang justru mengeringkan air di tanah gambut itu sendiri.
Di Kalimantan Tengah sendiri pernah ada pembangunan kanal raksasa untuk keperluan irigasi dan pertanian, pada era Soeharto, disebut juga proyek pengelolaan lahan 1 juta hektar, namun gagal dan menyisakan banyak bolong-bolong. Kanal ini masih ada di sekitar Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaten Kapuas, tepatnya di daerah transmigrasi Lamunti, Dadahup, Mengkatip hingga daerah Sebangau. Daerah inilah yang menjadi langganan Karhutla setiap tahun.
Sangat disesalkan hal itu terjadi, terutama ketika begitu banyak kepentingan-kepentingan dibelakang yang sengaja melakukan ini, oknum-oknum yang serakah terhadap alam. Mereka yang menyalahgunakan kekayaan alam untuk diri mereka sendiri. Pada akhirnya bencana seperti itu terjadi.
Memang banyak sekali faktor penyebab terjadinya karhutla yang tergolong luar binasa ini, salah satunya adalah fenomena El-nino yang menghasilkan kemarau panjang dan kering, dan posisi Matahari saat itu (September-Oktober) yang berada tepat di atas Khatulistiwa, memicu panas yang berlebihan, sehingga tanah gambut menjadi mudah terbakar (btw di daerah Sumatera dan Kalimantan sendiri sebagian besar Karhutla terjadi di daerah bertanah gambut). Kemudian pembangunan kanal yang justru mengeringkan air di tanah gambut itu sendiri.
Di Kalimantan Tengah sendiri pernah ada pembangunan kanal raksasa untuk keperluan irigasi dan pertanian, pada era Soeharto, disebut juga proyek pengelolaan lahan 1 juta hektar, namun gagal dan menyisakan banyak bolong-bolong. Kanal ini masih ada di sekitar Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaten Kapuas, tepatnya di daerah transmigrasi Lamunti, Dadahup, Mengkatip hingga daerah Sebangau. Daerah inilah yang menjadi langganan Karhutla setiap tahun.
Sangat disesalkan hal itu terjadi, terutama ketika begitu banyak kepentingan-kepentingan dibelakang yang sengaja melakukan ini, oknum-oknum yang serakah terhadap alam. Mereka yang menyalahgunakan kekayaan alam untuk diri mereka sendiri. Pada akhirnya bencana seperti itu terjadi.
Yang Terjadi Saat Itu
Situasi saat itu (2015) di ibukota Provinsi Kalimantan Tengah (dan juga daerah lain di Kalimantan) sebenarnya cukup mengerikan. Di Sumatera mungkin tidak separah hari itu, namun yang admin ingat, ada beberapa momen di mana situasi Kota Palangka Raya terlihat seperti senja hari padahal saat itu hari masih pagi karena tebalnya Kabut Asap saat itu. Ada yang bilang seperti di film Silent Hill, Punk Hazard karena gas beracun, atau kota hantu. Kalau admin sendiri, ini seperti di 'alam sebelah' (efek nonton Prima TV kayanya).
Gerbang ke alam sebelah -_- |
Sungai Kahayan (semoga gak ada naga atau dinosaurus air yang muncul macam film Tara Arts) |
Sudut Jalan Tjilik Riwut (Palangka Raya, September 2015) |
Kadar PM10 (Partikel 10 mikron) di udaranya pernah mencapai 3000. Partikel yang lebih kecil daripada itu, yaitu PM 2,5 (Partikel 2,5 mikron) malah bisa sampai jutaan. Level ISPU berbahaya, dan ini sudah paling tinggi (di atas berbahaya tampaknya mematikan deh). Jangankan manusia, tumbuhan aja bakal sentolop kalau terkena paparan asapnya langsung.
Kadar PM 10 per jam (sumber: BMKG) |
Ada moment ketika konsentrasi partikulat PM10 masih di atas 2000 dan PM 2,5 di atas jutaan, kondisi Kota Palangka Raya saat itu terlihat menguning, kadang memerah seperti darah. Admin menyebutnya fenomena 'blood day'. Ini bukan efek sepia atau efek seperti di film-film kolosal atau film perang yang identik dengan darah. Konsentrasi gas karbon dan gas-gas mematikan lainnya pada saat itu sangat tinggi.
Blood Day Phenomenon (no effect) |
Dari beberapa data yang dihimpun, cukup banyak korban Kabut Asap yang terkena ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), tidak jarang ada yang meninggal dunia. Bayi dan Lansia yang paling terancam jiwanya oleh paparan asap ini. Ada korban-korban yang terekspos oleh media dan ada yang tidak. Kebanyakan yang tidak ini mereka tidak menyadari kalau apa yang terjadi pada mereka disebabkan oelh paparan asap tersebut.
Yang Kami Lakukan
Setahun silam, admin dan beberapa rekan-rekan dari berbagai komunitas di Palangka Raya bergabung di sebuah gerakan yang disebut GAAs, yaitu Gerakan Anti Asap (Anti-Haze Movement), sejak Karhutla terjadi pada Bulan September 2015 melakukan kampanye dan aksi sosial sebagai respect atas bencana Karhutla dan Kabut Asap yang terjadi. Turun ke lapangan untuk membagikan masker, ikut memadamkan api, bahkan melakukan sosialisasi. Kampanye lewat foto dan video, dan juga aksi demonstrasi. Sesuatu yang bahkan admin sendiri baru kali ini ngelakuinnya. (walau yang admin ikuti cuma sebagian sih he)
Kedatangan relawan dari daerah lain dan beberapa negara juga cukup membantu admin dan rekan-rekan dalam melakukan kampanye dan aksi sosial. Dengan adanya Masker N95, Oxycan (Tabung oksigen berukuran mini), Alat Pengukur Partikulat (yang saat ini digunakan untuk mengukur kualitas udara di Palangka Raya, cek saja di http://www.facebook.com/PKYAQ ), dan beberapa obat-obatan. Bantuan-bantuan tersebut disalurkan ke beberapa desa, bahkan desa-desa terpencil yang memaksa kita untuk 'nyeker' untuk sampai kesana.
Banyak yang bilang kenapa harus Masker N95, bukannya itu masker mahal, susah nyarinya, dsb. Ada di postingan admin setahun silam (Baca: http://bci-official.blogspot.com/2015/10/aturan-main-dalam-menggunakan-masker.html). Sebenarnya di wilayah Palangka Raya sendiri ini Masker yang paling susah dicari (macam mencari Pokemon langka). Di apotik terbesar pun belum tentu ada yang jual, kecuali online. (Masalahnya kalau online ngirimnya lewat mana? Bandara lumpuh cuy, tukang pos aja mikir dua kali kalau lewat kabut tebal)
Ketika relawan dari Singapura dan Malaysia (RSG/Relief.sg, Big Red Button, dan Let's Help Kalimantan) dan relawan lainnya datang dan memperkenalkan seperti apa Masker N95 itu. Admin dan yang lainnya baru ngeh. Dan admin sadar selama ini admin menggunakan masker yang salah. Dua tiga lapis pun tidak membantu, karena yang dibutuhkan adalah masker yang rapat. Akhirnya setelah tahu cara untuk Survive (bertahan) saatnya membantu yang lain.
Tentang aktivitas Admin dalam melakukan aksi ini, ada di video Survive from the Haze. Kenapa jadinya Survive? Karena ini masalah apakah kita dapat bertahan dalam kondisi ekstrim seperti itu atau tidak. Cara bertahan dari paparan asap, dan itu tidak hanya dengan melindungi diri dengan Masker, tetapi bagaimana mencari sumbernya dan hancurkan. (Padamkan apinya, Red)
For Humanity that's not matter (bersama relawan dari Jogja dan tim kesehatan BNPB) |
Ketika relawan dari Singapura dan Malaysia (RSG/Relief.sg, Big Red Button, dan Let's Help Kalimantan) dan relawan lainnya datang dan memperkenalkan seperti apa Masker N95 itu. Admin dan yang lainnya baru ngeh. Dan admin sadar selama ini admin menggunakan masker yang salah. Dua tiga lapis pun tidak membantu, karena yang dibutuhkan adalah masker yang rapat. Akhirnya setelah tahu cara untuk Survive (bertahan) saatnya membantu yang lain.
Tentang aktivitas Admin dalam melakukan aksi ini, ada di video Survive from the Haze. Kenapa jadinya Survive? Karena ini masalah apakah kita dapat bertahan dalam kondisi ekstrim seperti itu atau tidak. Cara bertahan dari paparan asap, dan itu tidak hanya dengan melindungi diri dengan Masker, tetapi bagaimana mencari sumbernya dan hancurkan. (Padamkan apinya, Red)
Komentar
Posting Komentar