Langsung ke konten utama

#CatatanCakrawala - Monumen Tambun Bungai #Throwback #ExploreGunungMas


Monumen Tambun Bungai
Monumen Tambun Bungai, merupakan satu dari benda cagar budaya bersejarah yang ada di Kabupaten Gunung Mas, sekaligus juga salah satu destinasi Wisata Budaya yang memiliki daya tarik tersendiri. Tambun Bungai, ini diambil dari nama dua orang tokoh legenda Suku Dayak, yakni Tambun dan Bungai. Legenda dan cerita rakyat Tambun Bungai sangat dikenal masyarakat setempat sebagai asal usul manusia di bumi Kalimantan Tengah. Tambun Bungai menjadi ikon Kalimantan Tengah, yakni Bumi Tambun Bungai, dan diambil sebagai nama jalan di beberapa kota di Kalimantan Tengah.

Oke, sekarang kita akan mencoba melakukan perjalanan kembali ke "akar"

Tambun dan Bungai dianggap sebagai salah satu tokoh supranatural sekaligus nenek moyang suku Dayak. Walaupun areal atau situs-situs pemukiman mereka sudah banyak yang hancur dimakan usia, lokasinya masih dianggap sakral dan merupakan tempat larangan sehingga sampai sekarang tetap bertahan. Situs ini menyimpan berbagai bentuk peninggalan sejarah, antara lain berupa patung Tambun Bungai, Kumpulan Penyang Pusaka, Pasah Patahu Tambun Bungai, situs Batu Bulan, dan Sandung Tamanggung Sempung. Monumen ini berada di desa Tumbang Pajangei, agak ke hilir dari Tewah. Perjalanan memakan waktu 10 menit dari Tewah dan 40 menit dari Kuala Kurun, Ibukota Kabupaten Gunung Mas. Walaupun ada kemungkinan ada jalur memotong melalui jalur sawit yang cenderung rusak.

Start pointnya dari Kuala Kurun, carilah jalur menuju Tewah (sebenarnya ini rute memutar, but whatever lah), biasanya lurus terus kalau dari Bundaran Kota Kuala Kurun, atau lewat jalur lingkar (belok kanan menanjak ke atas) pada tugu Selamat Datang (Setelah Jembatan Batu Mahasur).


Tidak berapa lama ada persimpangan tiga-Belok kanan. Belok kiri menuju Kota/Polres Gunung Mas (lupa moto). Ikuti saja jalan yang ada. Hingga lagi-lagi melewati hamparan perbukitan dan sesekali perkebunan sawit.


Kemudian melewati Desa Batu Nyapau, perjalanan sekitar 30 menit hingga persimpangan ke Tumbang Rahuyan (Rungan Hulu)-belok kanan lagi.

Persimpangan Tumbang Rahuyan
Jalan agak menurun ke bawah, nanti akan ada tikungan ke kiri, namun sebelumnya akan ada persimpangan ke kanan (ke daerah lapangan, jalannya cukup besar), belok ke situ (ngga sempat foto). Kemudian ada lapangan, lalu tidak jauh dari situ ada persimpangan, belok kanan, ini lurus menuju Tumbang Pajangei dan Sarerangan (kalau tidak mau ambil resiko bertanyalah dengan penduduk sekitar jalan menuju Tumbang Pajangei hehe).

10 menit melewati jalan tanah yang relatif sepi (jarang ada kendaraan yang lewat), dan sangat jarang ada pemukiman, kecuali saat tiba di desanya. Situs monumen ini tepat di pinggir jalan yang kita lewati ini, hanya saja posisinya agak jauh dari pemukiman (kira-kira 500-an meter sebelum pemukiman (Patokannya SD Tumbang Pajangei, kalau sudah lewat SD, berarti sudah sampai di desanya). Hanya ada beberapa rumah di sekitar Monumen ini, dan relatif aman untuk parkir kendaraan.

Ini dari pinggir jalan (foto diambil tahun 2014, kemungkinan saat ini sudah direhab)




Kalau mau cari tahu lebih dalam tentang Legenda Tambun Bungai juga bisa kunjungi blog ini http://yuwendrydayak.blogspot.co.id/2012/04/sejarah-tambun-bungai-oleh-komunitas.html

Highly recommended buat kalian yang ingin mempelajari tentang Suku Dayak dan situs-situs peninggalannya. Atau hanya sekedar melepas penat. So don't forget to come, but tetap kebersihan dijaga dan tetap jaga tutur kata dan sopan santun. Dan jangan lupa bersosalisasi dengan penduduk sekitar ya hehe. Salam! :)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

#CatatanCakrawala - Sebuah Perjalanan Tak Terduga di Hulu Kabupaten Kapuas #Masuparia

Desa Masuparia Masupa Ria, adalah salah satu Desa yang berada di hulu Kapuas, tepatnya di hulu Sungai Mendaun anak Sungai Kapuas. Sekedar Informasi Desa terujung di Sungai Kapuas adalah Tumbang Bukoi, dan Desa yang berada di Muara Sungai Kapuas adalah Desa Batanjung. Keduanya berada di Kabupaten Kapuas, kabupaten yang wilayahnya memanjang dari hilir sampai ke hulu Kapuas. Tapi bukan Kapuas di Pontianak, tetapi di Kalimantan Tengah (biar ga typo hehe). Desa ini juga berada di daerah perbukitan yang merupakan jajaran Pegunungan Schwaner dan Muller, sehingga Masupa Ria juga termasuk dalam Jantung Kalimantan (Heart of Borneo). Di daerah ini juga terdapat areal pedulangan emas yang materialnya diambil dari kaki Gunung Puti/Masupa. Di tempat ini juga terdapat 3 Air Terjun dengan tinggi sekitar 100 meter.

#CatatanCakrawala - Panorama Pasir Putih, Air Terjun Bumbun dan Tugu Equator Tumbang Olong #ExploreMurungRaya

Bukit Pasir Putih, mungkin juga disebut Bukit Tengkorak, adalah salah satu bukit yang cukup tinggi di jalur HPH yang menghubungkan daerah Uut Murung dan Muara Bumban. Ketinggiannya hampir mencapai >200an mdpl, tidak jauh dari situ terdapat Air Terjun Bumbun berketinggian sekitar 80 meter dan Desa Tumbang Olong yang merupakan ibukota Kecamatan Uut Murung. Di sanalah terdapat Tugu Khatulistiwa karena letaknya tepat di atas garis Khatulistiwa, dengan kata lain tempat tersebut jika diambil garis lurus maka sejajar dengan Kota Pontianak di Kalimantan Barat.  Titik kulminasi yaitu saat Matahari berada di atas garis Khatulistiwa (sekitar tanggal  21-23 Maret dan 21-23 September), juga terjadi di Tugu Equator Tumbang Olong ini, walaupun mungkin berbeda jam dengan Tugu yang di Pontianak. Pada saat itu bayangan kita akan tidak terlihat selama beberapa detik, karena Matahari akan berada tepat di atas kepala kita. Jarak tempuh menuju Kecamatan Uut Murung ini cukup jauh, sekitar 120 km,